
Merawi Kisah
By Geriel Farah

Merawi KisahMar 20, 2022

Sapiens - Ilmu Pengetahuan
1. Revolusi kemampuan kognitif
2. Kemampuan Berbahasa
3. Teori gosip

Sapiens - Youval Noah Harari (Halaman 13 - 23)

Sapiens - Youval Noah Harari Bab I (sampai halaman 13)

(cerpen) Aku Mendengarmu, Istanbul - Bernando J. Sujibto

(cerpen) Putu Cangkir - Chaery Ma

(cerpen) Rumah Tetangga - Jeni Fitriasha
Ketakutan yang berlebihan, prasangka yang tidak-tidak. Herman berhadapan dengan mantan pembunuh, itu bukan hal sepele. Orang yang bertamu ke rumahnya bukan lagi dipandang sebagai orang yang sama sebelum peristiwa itu terjadi. Kebaikannya saat ini malah diartikan macam-macam rencana busuk. Apakah seperti ini wajar secara psikologis? Aku belum tahu jawabnya. Namun sayang aku juga payah. Saat membaca ini dan menempatkan diri sebagai Herman, kurasa aku pun bakal bisa seperti dia. Apakah jahat? Entah. Baik dan buruk terkadang mudah sekali ditafsirkan, sedang pikiran berlebihanku sama seperti Herman, sering kali membelenggu.

(cerpen) Dua Kepala - Kedung Darma Romansha
"Kenapa orang selalu ikut campur urusan orang lain sejak dalam pikiran?" Termasuk aku, sering sok tahu dengan kehidupan orang lain. Membuat kesimpulan-kesimpulan sendiri, yang bisa jadi tidak sama secuilpun dengan kejadian aslinya. Lalu mendakwa yang tak patut. Padahal, kehidupan sendiri tentu belum benar. Cerita ini satir namun sangat ringan dinikmati. Pesannya tersampaikan dengan mudah, dan langsung membuat pembaca merenung. Jangan-jangan selama ini aku adalah Yu Mar.

(cerpen) Sarung Azan Simbah - Abu Rifai
Kesulitan mencari muadzin. Ini pernah terjadi di lingkunganku. Dan pesis yang digambarkan Mas Abu, masjid makin sepi. Hampir semua orang menyesali ketiadaan muadzin, dan orang-orang yang sama pula enggan mendekat ke pelantang. Penggambaran emosi tokoh aku dengan Simbahnya sangat pas. Bagaimana kebimbangan anak muda laki-laki yang sedih mendengar kakeknya ingin adzan tapi sudah tak mampu. Puncaknya ada di akhir cerita yang sedikit magis. Tokoh aku menceritakan bahwa kakeknya meninggal dengan halus dan menyentuh. Tidak disebutkan secara tersurat, namun saat bagian "Tak ada hayya ‘alaas-shalaah keluar dari mulutnya." Semua orang akan paham, dan ini sukses membuatku merinding. Lalu, apa hubungannya dengan sarung? Selamat mendengarkan. Nanti pasti ketemu jawabannya.

(puisi) Ibunda Tercinta - Umbu Landu Paranggi
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
duka derita dan senyum yang abadi
tertulis dan terbaca, jelas kata-kata puisi
dari ujung rambut sampai telapak kakinya
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
korban, terima kasih, restu dan ampunan
dengan tulus setia telah melahirkan
berpuluh lakon, nasib dan sejarah manusia
Perempuan tua itu senantiasa bernama:
cinta kasih sayang, tiga patah kata purba
di atas pundaknya setiap anak tegak berdiri
menjangkau bintang-bintang dengan hatinya dan janjinya
Sumber gambar: tempo.co

(cerpen) Lelaki Itu Ingin Salat Id di Kampung Kelahiran - Gunawan Budi Susanto
Membaca judulnya kukira cerita ini akan mengisahkan tentang kemiskinan seseorang yang membuat dia tidak bisa pulang ke kampung halaman. Ah tapi nggak mungkin Kang Putu (sapaan Pak Gunawan Budi Susanto) menulis hal sesederhana itu. Di tengah cerita, aku mulai bisa menebak siapa tokoh dia, Hendra dan Reni. Isu yang diangkat bukan kemiskinan. Kerinduan tokoh utama, 20 tahun tidak pernah pulang karena satu hal di masa lalunya. Hal tersebut yang menurutku masih jarang ditempelkan penulis lain untuk mengisahkan kerinduan akan kampung halaman. Hal apakah itu? Simak ya! Endingnya mulus tapi mencengangkan, cara Kang Putu mempertegas siapa tokoh dia, Hendra, dan Reni. Bagus banget sih, asli! Selamat mendengarkan! :)

(cerpen) Surat Tapol kepada TKW, Cucunya - Martin Aleida
Pahit. Pengasingan, hukuman, kesakitan harus dibanding-bandingkan. Mungkin tulisan ini satir. Bisa satir terhadap cara pandang orang kebanyakan yang menganggap duka lara tapol tidak berarti apa-apa karena dianggap kurang heroik, kurang terdengar gaungnya secara global. Padahal luka tetap luka, sakit jiwa raga tetap membekas, dan tidak selayaknya dibandingkan. Mungkin juga tulisan ini satir, karena faktanya yang banyak diangkat tentang Namlea (Banda) adalah keelokan alamnya, seolah luka sejarah dilupakan. Selamat mendengarkan! :)

(puisi) Senja - Subagio Sastrowardoyo
Selamat hari puisi nasional 28 April 2020.
Berikut kubacakan puisi Subagio Sastrowardoyo, dengan kemampuan baca puisi seadanya. Semoga tidak apa, sebab aku mencintai aktivitas ini.
-Senja-
Aku tak tahan melihat senja
Ku tutup daun pintu supaya tak tembus sinarnya
Saat paling baik adalah berada
di kapal terbang menuju ke timur
atau sedang tertidur
di kereta api sehingga senja lekas terlewati
Senja mengingatkan aku kepada
Perpisahan yang diulur-ulur
dan kepada keraguan antara
kehadiran dan kemusnahan
mengapa tidak sekaligus mati
sehingga orang tak sempat
meneteskan air mata
aku terus menghindari senja
senja yang membawa sedih selalu

(cerpen) Lelaki yang Menderita bila Dipuji - Ahmad Tohari
Pujian memang seringkali bikin mabuk. Merasa tidak pantas dipuji pasti pernah dirasakan hampir semua orang. Ketika tema ini diangkat Pak Ahmad Tohari, baru ngeh. Aku baru mengambil jeda beberapa detik. Selama ini saat menolak dipuji aku hanya mengumpat tertawa dengan, “Hilih bicit!” Jarang sempat meraba diri sendiri, sudah ngapain aja selama ini? Ya, benar Pak Tohari. Seperti Mardanu, kayaknya hampir semua yang kulakukan belum ada yang pantas diberi pujian. Bukannya tidak bersyukur. Ini berbeda. Hanya rasa malu yang sulit dijelaskan. Selamat mendengarkan ya. Semoga sempat meraba juga, pujian yang sudah dihujani ke kita itu benar pantas nggak ya?

(cerpen) Bidadari Itu Dibawa Jibril - Gus Mus
Hindun si tokoh utama memeliki sepersekian persen sifat yang bisa jadi mirip denganku. Sama sepertinya aku juga tidak pernah belajar agama di pesantren, madrasahpun tidak. Bisa jadi aku kerap seperti Hindun. Sok paling Islam, padahal baru tahu secuil. Ini menyebalkan. Tapi cerita ini setidaknya menamparku sekali, keras. Entah sudah berapa banyak temanku yang santri sudah diam-diam geli karena mungkin aku pernah sok agamis melebihi mereka yang jauh lebih paham agama? Astafirullah. Semoga amar makruf nahi mungkar bisa dikupas dengan pemahaman agama yang lebih tepat. Semoga aku, atau mungkin juga kamu tidak pernah bosan mempelajarinya. Semoga kita dijauhkan dari kegiatan beragama yang tidak memanusiakan manusia. Selamat mendengarkan. :)

(cerpen) Surat dari Bapak - M. Dedy Vansophi
Hai,
Aku membaca cerita mengulang tiga kali karena kesrimpet lidah. Dan tiga kali juga mewek.
Langsung menggenang air mataku. Cara bertutur romo Vansophi memudahkanku untuk menvisualkan cerita.
Kubaca pelan-pelan, bukan hanya otak yang memviasulkan, tapi juga otak yang memerintah perasaan beraksi.
Judulnya "bapak" tapi di dalamnya menceritakan peran ibu.
Sederhana, tapi selalu memberi efek yang tidak sederhana.
Ditulis dengan hati, yang kena hati juga.
Selamat mendengarkan. Hati-hati hatimu!
Salam,
Geriel Farah.

(cerpen) Dari Dapur Bu Sewon - Yusi Avianto Pareanom
Aku suka tulisan Pak Yusi, plot twistnya halus tapi bikin "Ha, kok jadi gini."
Membaca tulisan Dari Dapur Bu Sewon karya Pak Yusi sejujurnya seperti bercermin. Hahahaha.
Tersebab aku sedang WFH jadi punya waktu senggang di rumah setiap istirahat siang.
Kugunakan waktu tersebut untuk belajar memasak.
Kemampuanku masuk dapur memang sungguh payah.
Makannya ketika membaca bagaimana kegagalan-kekegagalan panganan buatan Bu Sewon, aku ingat diriku sendiri.
Dibalik itu, secara tersirat juga diceritakan bahwa meski rasa masakannya ajaib, memasak dan berbagi adalah hal yang membuat Bu Sewon bahagia, sebab liku hidupnya cukup sedih.
Semoga masakan Mbak-mbak WFH sepertiku, mungkin juga kamu, semakin membaik rasa, bentuk, dan aromanya.
Selamat mendengarkan, sambil masak-masak juga boleh.
Salam,
Geriel Farah

(cerpen) Benarkah Kamu Merindukan Ramadhan? - Rusdi Mathari
Teruntuk siapapun yang mendengar podcast episode ini,
Apa kabar?
Semoga rizki sehat selalu ditiupkan Tuhan padamu dan keluarga.
Saat episode ini diunggah, Ramadhan 1441 H kurang sepuluh hari lagi.
Almarhum Cak Rusdi Mathari adalah salah satu penulis favoritku.
Isi tulisannya yang sufi, tapi dibawa dalam cerita ringan dengan tokoh-tokoh yang kadang jenaka membuat siapapun bisa menikmati.
Benarkah Kamu Merindukan Ramadhan? adalah salah satu tulisan yang mengajak aku pribadi kembali berpikir.
"Sak tenane opo iyo kangen, opo iyo aku seseneng kui? Opo mergo iso klumpuk-klumpuk pahala akeh banget tok? Opo mergo takjil sing enak-enak?"
Hehehe. Itu yang ada di pikiranku. Entah, kamu juga silakan menafsirkannya.
Selamat mendengarkan.
Salam,
Geriel Farah

(cerpen) Bapak-Anak yang Memancing Sewaktu Hujan - M. Dedy Vansophi
Membacakan cerita yang ditulis Romo M. Dedy Vansophi
(Cerita diunggah di Instagram @vansophi pada 20 November 2019)
Bapak-Anak yang Memancing Sewaktu Hujan
Malam ini Bekasi basah kuyup oleh hujan bertama setelah kemarau.
Ingatanku menerobos ke sebuah masa silam di kampungku.
Sepasang bapak-anak berlindung di bawah satu payung, di pinggir kali, memancing ikan.
Bagi si anak, memancing ikan adalah kesenangan yang luar biasa.
Sambil menunggu tangkapan bapaknya selalu cerit hal-hal yang menarik.
Si anak paling suka cerita tentang hantu, dan pewayangan.
Itulah bonus, kesenangan ekstra selama memancing.
Bagi si Bapak, memancing adalah cara kepala keluarga menyiasati keadaan agar anak istrinya tetap makan.
Beras menipis, uang untuk lauk pauk tak ada, yang ada hanya kemurahan Tuhan.
Kadang tangkapan cukup, kadang hanya pulang membawa kangkung sawah untuk dilalap.
Keaadaan yang cukup memprihatinkan sebenarnya.
Tapi si anak tak tahu, yang ia ingat hanya kegembiraan memancing dan lahapnya makan lauk ikan hasil tangkapan.
Setelah si anak dewasa, ia baru sadar bahwa bapaknya sungguh hebat.
Dalam kondisi prihatin sekalipun si bapak tak pernah bicara tentang kemiskinan dan kekurangan.
"Kita ini miskin, Le. Harus prihatin."
"Kita ini lagi kekurangan, Le."
Tidak pernah ada kata-kata itu keluar dari mulut bapaknya.
Itulah kenapa walau kehidupan mereka pernah di titik terendah, si anak tak pernah merasa miskin.
Ia merasa baik-baik saja, cukup-cukup saja, senang-senang saja.
Dari bapaknya ia belajar bahwa miskin itu bukan kurangnya uang, tapi kurangnya rasa cukup.
***
Sugeng ndalu, Pak.
Alhamdulillah sekarang bisa makan ikan yang lahap tanpa harus memancing malam-malam, hujan-hujan.